Quality Function Deployment (QFD): Rancang Produk Sesuai dengan Kebutuhan Konsumen

Daftar Isi:
- Pengantar
- Pentingnya Mendengarkan Suara Konsumen
- Implementasi QFD
- Manfaat QFD
- Frequently Asked Questions (FAQs)
- Kesimpulan
- Referensi
Quality Function Deployment (QFD) merupakan metodologi dalam manajemen untuk mewujudkan atau menerjemahkan keinginan dan kebutuhan pelanggan menjadi produk jadi maupun layanan. Proses ini dapat dibantu menggunakan alat seperti voice of the customer (VOC) atau mendengar suara pelanggan. Untuk itu, keinginan pelanggan harus diperoleh dahulu dengan data yang relevan. Caranya beragam, namun biasanya melalui wawancara, observasi, survei lapangan, data keluhan pelanggan, dan cara sejenis lainya. Data inilah yang akan menjadi acuan dan informasi untuk dianalisis serta diidentifikasi atribut utama yang diinginkan pelanggan.
Setelahnya, tim proyek akan mencoba menyesuaikan apakah keinginan pelanggan tersebut bisa diterapkan oleh perusahaan dengan parameter teknis. Jika sedikit beralih pada sejarahnya, QFD pertama kali dikembangkan di Jepang pada akhir 1960-an sebagai metode untuk merespons kebutuhan dan keluhan konsumen sebelum produk memasuki tahap produksi. Metode ini terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas di industri otomotif. Keberhasilannya di Jepang menarik perhatian, sehingga pada awal 1980-an QFD mulai diadopsi di Amerika Serikat dan diterapkan dalam berbagai sektor industri lainnya. pada masa awal penyebaran QFD, khususnya era 1980-an hingga 1990-an, QFD digunakan oleh berbagai perusahaan Ford, General Motors, Xerox, dan sebagainya.
Pentingnya Mendengar Suara Konsumen
Untuk mencapai produk atau layanan yang sukses, perusahaan tak hanya mendengar konsumen, tapi juga memahami alasan utama dibaliknya. Artinya, ini bukan hanya apa keinginannya, tapi juga mengapa konsumen menginginkannya dan bagaimana perusahaan dapat merespons melalui langkah-langkah teknis yang tepat. Proses ini dimulai dengan pengumpulan data dan informasi dari konsumen contohnya wawancara, observasi, survei lapangan, data keluhan pelanggan, dan cara sejenis lainya. Setelah data tersebut diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengintegrasikannya ke dalam matriks perencanaan produk, dalam istilah manajemen dikenal sebagai House of Quality (HOQ). Ini merupakan alat visual yang berfungsi untuk mencerminkan kebutuhan pelanggan ke dalam spesifikasi teknis produk. Hal ini dianggap penting, karena pelanggan dan segmen pasar yang bervariasi. Baik dari segi usia seperti remaja sampai orang tua, maupun dari latar belakang pekerjaan seperti pelaku industri, dunia usaha, hingga sektor pemerintahan. Itulah mengapa proses pengembangan produk atau layanan harus selaras antara output dan kebutuhan pelanggan.
Implementasi QFD
Implementasi QFD dibagi dua, yakni bidang industri manufaktur dan jasa layanan. Mengingat QFD ini berkembang di bidang industri dan seiring waktu juga dapat diterapkan pada jasa layanan. Perbedaanya adalah industri cenderung fokus pada bagian desain perancangan produk sedangkan jasa lebih seimbang antara layanan dan rancangan produk baru. Implementasi QFD berjalan berlandaskan kumpulan data riset pasar atau HOQ.
- Langkah #1. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan tingkat kepentingannya
Dapat dikumpulkan dari survei, wawancara, dan metode serupa, setelahnya kebutuhan itu dapat didefinisikan dalam tingkat primer, sekunder, dan tersier.
- Langkah #2. Mengidentifikasi persyaratan teknis dan menentukan korelasinya
Merujuk pada memasukan kebutuhan konsumen berdasarkan kemungkinan saling mendukung atau bertentangan. Contohnya, konsumen ingin layar ponsel lebih jelas, berarti harus menimbang warna, rasio aspek, pitch piksel, dan lain-lain.
- Langkah #3. Menentukan hubungan kebutuhan pelanggan dan persyaratan teknis
Contoh pada langkah 2 itu sejauh apa pengaruhnya, signifikan atau tidak.
- Langkah #4 Analisis kompetitif
Membandingkan produk atau layanan dengan perusahaan pesaing.
- Langkah #5 Mengembangkan nilai target untuk persyaratan
Artinya menilai kemungkinan hal teknis di poin 2 dan 3 dapat diterapkan, selain itu juga menimbang respon perusahaan pesaing.
- Langkah #6 Menghitung prioritas kepentingan
Melihat seberapa penting keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan begitu, tim bisa memprioritaskan bagian perancangan produk yang harus dikerjakan lebih dulu.
Perhatikan gambar 1.1 yang menyerupai rumah, itu merupakan salah satu tabel bentuk dari house of quality" (HOQ) secara umum. Masing-masing disertai penjelasan secara ringkas untuk mengetahui gambaran umumnya. Namun perlu diingat, bahwa HOQ adalah alat visual yang fleksibel. Perusahaan atau peneliti atau siapapun yang menggunakanya dapat menyesuaikan tiap bagian sesuai dengan kebutuhan spesifik masing-masing. Tidak ada "aturan baku" yang kaku tentang detail kolom atau barisnya, selama prinsip dasar QFD (menerjemahkan Voice of Customer ke Technical Requirements) tetap terpenuhi.

Contoh implementasi QFD adalah penelitian Noviana, M., & Hastanto, S. (2014) tentang pengembangan desain motif batik di Kalimantan Timur (Kaltim). Implementasi QFD dalam pengembangan desain motif batik khas Kalimantan Timur dan aplikasinya secara umum dibagi dalam tiga tahap, yaitu : 1. Tahap pengumpulan Voice of Customer (VOC). 2. Tahap penyusunan House of Quality (HOQ). 3. Tahan analisis dan interpretasi
- Mengumpulkan Voice of Customer
Tahap pertama adalah, peneliti melakukan pengumpulan data voice of customer (VOC). Data untuk penelitian ini diperoleh dari hasil survei terhadap 100 orang konsumen. Dari hasil survei tersebut diharapkan diperoleh masukan dari konsumen tentang keinginan mereka. Pengguna yang dijadikan responden meliputi beberapa wilayah Provinsi Kalimantan Timur, khususnya Kota Samarinda. Setelah terkumpul, data menunjukan yakni tujuh atribut keinginan dan kebutuhan konsumen, diantaranya:
- Motif batik menarik;
- Bentuk motif batik mempunyai ciri khas Kaltim;
- Perpaduan motif batik asli Kaltim dan modern;
- Ukuran motif sedang dan kecil;
- Bentuk motif flora (sulur-sulur);
- Motif tidak terlalu ramai; dan
- Perpaduan warna motif senada dan serasi.
- Penyusunan House of Quality (HOQ).
Setelah mengetahui apa yang diinginkan pelanggan, peneliti menentukan bagaimana secara teknis keinginan tersebut bisa diwujudkan. Dihasilkan lima respon teknis utama:
- Pemilihan warna → warna harus cerah, harmonis, dan khas suku asli Kaltim
- Keseimbangan motif → visual tidak berat sebelah
- Proporsi → ukuran motif sesuai dengan ruang kain
- Komposisi → susunan elemen yang serasi dan menarik
- Ragam hias → stilasi tumbuhan khas Kaltim sebagai motif utama
- Analisis dan interpretasi
Misalnya, atribut “motif batik menarik” dinilai memiliki hubungan yang kuat dengan respon teknis seperti pemilihan warna, komposisi, dan ragam hias, karena ketiganya secara langsung mempengaruhi persepsi visual terhadap daya tarik motif. Sebaliknya, atribut seperti “ukuran motif sedang dan kecil” mungkin hanya memiliki hubungan lemah dengan aspek teknis seperti keseimbangan atau ragam hias. Penilaian ini kemudian dituangkan ke dalam struktur House of Quality dalam bentuk simbol, seperti hubungan kuat, sedang, atau lemah. Melalui proses ini, peneliti dapat mengidentifikasi respon teknis mana yang paling penting untuk dikembangkan terlebih dahulu, berdasarkan banyaknya dan kekuatan hubungan dengan keinginan konsumen.
Setelah melalui beberapa tahapan, dapat dikatakan bahwa atribut keinginan dan kebutuhan konsumen yang memperoleh nilai tertinggi dalam perhitungan metode QFD meliputi: (1) motif batik yang menarik, (2) bentuk motif yang memiliki ciri khas Kalimantan Timur, dan (3) perpaduan antara motif batik asli Kalimantan Timur dengan unsur modern. Sementara itu, dari sisi respon teknis, desain motif batik yang diharapkan harus mencakup aspek pemilihan warna, keseimbangan motif, proporsi, dan komposisi visual. Dengan demikian, sesuai metode QFD, keinginan dan kebutuhan konsumen akan digabung dan disesuaikan dengan kemampuan teknis sehingga produk final dan prioritasnya adalah desain motif batik yang menggabungkan ragam hias khas Kalimantan Timur dan dipadukan unsur modern, dengan penekanan pada daya tarik visual, ciri khas daerah, dan harmoni warna.
Sebagai tambahan serta untuk memperjelas, berikut merupakan Penyusunan House of Quality (HOQ) dalam bentuk tabel.

Manfaat QFD
- Pertama, memahami konsumen lebih baik: mengacu pada aspek voice of the customers, perusahaan dapat menerjemahkan keinginan mereka ke dalam spesifikasi produk atau layanan yang konkret.
- Kedua, meningkatan kualitas: Dengan memfokuskan pengembangan pada kebutuhan konsumen, komunikasi dan kolaborasi antar tim jadi lebih intens. Sehingga, dapat menghindari kesalahpahaman dan memastikan setiap pekerja memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan pengembangan.
- Ketiga, efisiensi pengembangan produk atau layanan: mirip dengan poin kedua, QFD membantu tim untuk fokus pada hal yang paling penting, mengurangi pemborosan waktu dan sumber daya. Akhirnya, akan meningkatan kepuasan konsumen. Hal ini menciptakan pelanggan yang lebih setia dan meningkatkan keberhasilan jangka panjang.
- Keempat, meningkatkan dan mutu perusahaan: Melalui analisis terstruktur dalam QFD, karakteristik produk atau layanan yang paling kritis untuk kualitas dapat diidentifikasi. Ini memungkinkan upaya peningkatan kualitas difokuskan pada area yang akan memberikan dampak terbesar pada kepuasan pelanggan.
Frequently Asked Questions (FAQs)
- Di mana saja QFD dapat diterapkan?
Meskipun awalnya dikembangkan untuk industri manufaktur, QFD dapat diterapkan dalam berbagai industri jasa.
- Bagaimana QFD berkontribusi pada efisiensi pengembangan produk atau layanan?
QFD memfasilitasi komunikasi yang lebih baik antar tim dan mengurangi risiko kesalahpahaman, sehingga meminimalkan pengerjaan ulang dan memastikan sumber daya diarahkan pada fitur yang paling penting bagi pelanggan.
- Apa yang menjadi penekanan dalam langkah-langkah implementasi QFD ?
QFD menekankan pada identifikasi korelasi antara persyaratan teknis, menimbang itu saling mendukung atau bertentangan. Setelahnya menentukan arah perbaikan yang spesifik.
- Kenapa HOQ perlu dilakukan?
HOQ berperan sebagai alat visual untuk memetakan hubungan antara kebutuhan pelanggan dan persyaratan teknis, membantu tim pengembang memprioritaskan fitur desain. Bentuk "rumah" efektif karena menyediakan struktur yang jelas untuk mengorganisasi dan menghubungkan berbagai elemen informasi.
- Bagaimana QFD memperluas pemahaman tentang "suara konsumen" di luar sekadar mencatat keinginan mereka?
QFD tidak hanya mencatat apa yang diinginkan konsumen, tetapi juga menekankan pada pemahaman alasan utama di baliknya. Ini melibatkan penggalian "mengapa" konsumen menginginkan sesuatu, untuk menemukan solusi desain yang lebih tepat dan efektif.
Quality Function Deployment (QFD) merupakan metodologi manajemen yang berfungsi untuk menerjemahkan kebutuhan dan keinginan pelanggan ke dalam bentuk spesifikasi teknis produk atau layanan. Proses ini diawali dengan pengumpulan suara pelanggan melalui data yang relevan, kemudian dianalisis menggunakan alat seperti House of Quality (HOQ) untuk memetakan hubungan antara kebutuhan konsumen dan kemampuan teknis perusahaan. QFD tidak hanya diterapkan dalam industri manufaktur, tetapi juga dalam sektor jasa, dengan prinsip dasar yang sama: menjadikan keinginan pelanggan sebagai landasan utama dalam proses perancangan. Implementasi QFD yang terstruktur memungkinkan perusahaan menetapkan prioritas pengembangan berdasarkan kebutuhan konsumen yang paling penting dan paling mungkin direalisasikan secara teknis. Dengan demikian, QFD berperan penting dalam meningkatkan kualitas produk, efisiensi pengembangan, dan kepuasan pelanggan secara berkelanjutan.
Referensi
Erdil and Arani. (2018). Quality function deployment: more than a design tool,. International Journal of Quality and Service Sciences. https://doi.org/10.1108/IJQSS-02-2018-0008
What is Quality Function Deployment (QFD)? (n.d.). ASQ. Retrieved June 3, 2025, from https://asq.org/quality-resources/qfd-quality-function-deployment
Crow, K. A. (n.d.). Quality Function Deployment. DRM Associates. https://www.npd-solutions.com
Noviana, M., & Hastanto, S. (2014). Penerapan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk pengembangan desain motif batik khas Kalimantan Timur. J@TI Undip: Jurnal Teknik Industri, IX(2), 87–92. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/view/6854
Read more Insights





